Jumat, 17 April 2009

PEMILU 2009 ; BENTUK KEBOBROKAN BANGSA


Pemilu 2009 ini adalah terburuk sepanjang sejarah Indonesia, dan akan melahirkan ‘political damage’ (kehancuran politik) bagi Indonesia. Pemilu 2009 ini tidak akan memberikan legitimasi politik yang kuat, karena sistemnya yang amburadul, mulai dari DPT (daftar pemilih tetap),yang tidak akurat, banyaknya kecurangan, dan tingginya angka Golput, yang mencapai lebih 45 persen dari jumlah pemilih. Sehingga, nyaris hasil pemilu 2009, tidak memberikan arti apa-apa bagi masa depan demokrasi di Indonesia.
Sekarang para tokoh politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan pimpinan partai ramai-ramai menggugat hasil pemilu 2009. Ada sekitar 15 tokoh partai dan LSM, dan sudah lebih 10 partai politik, yang menginginkan pemilu di ulang. Diantara tokoh politik, yang berkumpul di rumah Mega, antara lain, Prabowo (Partai Gerindra), Gus Dur (Ketua Dewan Syuro PKB), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Bursah Syarnubi (PBR), Idham Cholid (PKNU), Syahrir MS (Republikan), Zulvan Lindan (PNBKI), Rusdi Hanafi (PPP), Rizal Ramli (KBI), Amelia Yani (PPRN), Misbach Hidayat (PKB), dan tuan rumah Megawati.
Pertemuan yang berlangsung di rumah Ketua Umum PDIP itu, membahas dan mengavaluasi hasil-hasil pemilu 2009, yang menurut mereka dipenuhi dengan kecurangan.
Pertama, pemilu 9 April yang lalu adalah pemilu terburuk , karena banyaknya rakyat tidak bisa melaksanakan hak pilihnya yang dilindungi UU, karena tidak masuk dalam DPT, sehingga hal itu melanggar hak asasi manusia. Kedua, pemilu 9 April yang lalu, diwarnai banyak kecurangan dan kesalahan administrasi. Hal itu diperparah dengan sikap KPU dan KPUD yang tidak netral , karena membela kepentingan politik tertentu. Ketiga, mendesak KPU, Banwaslu, dan pemerintah untuk menindak lanjuti semua laporan kecurangan pemilu dan menegakkan hukum terhadap pelanggaran/kecurangan yang terjadi.

Setidaknya, ada 15 parpol yang menyatkan keberatan terhadap hasil pemilu 2009, dan menyatakan adanya kecurangan. 15 parpol itu (PDIP, Golkar, Gerindra, PKNU, PPRN, Barnas, Merdeka, PIS, PBB, Patriot, PPNUI, Hanura, PDS, PKDI dan Buruh). Apakah gerakan ini akan sampai membuat hasil pemilu itu, mereka tolak, dan meminta diulang? Padahal, pemilu 2009 ini, biayanya dari APBN, yang jumlah sangatlah fantastis, yang mencapai 21.7 trilyun rupiah. Belum lagi, ‘ongkos’ dari para peserta pemilu, partai-partai politik, dan perorangan yang terdiri dari para caleg, menurut penghitungan hampir mencapai 200 trilyun.
Pemilu 2009 ini, bukan hanya akan menimbulkan ‘political damage’, kalau partai—partai yang merasa tidak puas dengan hasil pemilu, dan tidak terselesaikan dan mereka membuat gerakan, maka inilah yang menyuramkan masa depan. Sehingga, pemilu yang merupakan produk demokrasi ini, yang harganya ‘cost’ sangat mahal, justru tidak melahirkan sebuah harapan bagi perbaikan kehidupan rakyat, tapi justru mengakibatkan ‘damage’ yang dahsyat di masa depan. Yaitu, terjadinya potensi konflik dan ‘social disorder’, serta mengundang kerawanan dan instabilitas.
Belum lagi, ekses psychologis dari pemilu 2009, banyak caleg yang gagal mengalami ‘gangguan jiwa’ alias mengalami ‘mental disorder’, karena mereka kehilangan harta, harapan, dan harus menanggung malu, karena gagal terpilih menjadi anggota legislative. Bahkan, yang menyedihkan ada diantara caleg itu, yang melakukan bunuh diri, karena gagal terpilih.
Sebauh ‘pesta’ yang tidak berakhir dengan ‘happy ending’, itulah yang namanya pesta demokrasi. Semuanya, menyisakan kesedihan, keterpurukan, dan bahkan kehilangan harapan masa depan. Melebihi bencana ‘tsunami’ yang terjadi di Aceh.

0 komentar:

Advertisement

Advertisement

Free Website Hosting